2022

Guru Kerap Mengajarkan Pancasila Sekedar Pengetahuan

Guru Kerap Mengajarkan Pancasila Sekedar Pengetahuan
Guru Kerap Mengajarkan Pancasila Sekedar Pengetahuan
Guru Kerap Mengajarkan Pancasila Sekedar Pengetahuan Guru Kerap Mengajarkan Pancasila Sekedar Pengetahuan
Ke depan pembentukan huruf Pancasila akan lebih bersifat praktik, bukan sekedar tataran pengetahuan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kepala Balitbang Kemendikbud), Totok Suprayitno menjelaskan, para guru kerap merasa Pancasila sering berhenti pada tataran pengetahuan dan ujian. Padahal Pancasila seharusnya melampaui ilmu pengetahuan dan pelajaran.

Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi penanaman nilai-nilai Pancasila semoga belum dewasa dididik dengan mengutamakan pembudayaan Pancasila. Sehingga, lanjut Totok, guru pengampu mata pelajaran Pancasila bertindak sebagai vocal point untuk pelaksanaan Pancasila.

Ditambahkan Totok, ke depan pembentukan huruf Pancasila akan lebih bersifat praktik, bukan sekedar tataran pengetahuan. Dia mencontohkan, saat mengajarkan nilai gotong royong, guru harus eksklusif praktik, sehingga tidak hanya pada tataran teori.

Dia pun menegaskan, para siswa tidak akan dibebankan mengikuti ujian sebagai penilaian simpulan mata pelajaran Pancasila. Evaluasi berbentuk ujian akan kembali menempatkan bahan Pancasila di tataran pengetahuan alasannya yakni berakhir pada penilaian.

"Penilaian simpulan itu ujiannya apa, hasilnya pendidikan berakhir di penilaian. Kami sudah ada rapor karakter, tapi deskripsi penilaian pun bukan pelabelan pada anak," kata Totok yang kutip dari JPNN (12/07/19).

Evaluasi, nantinya, berdasarkan Totok, akan berupa deskripsi pencapaian siswa pada rapor huruf pengembangan sikap, karakter, nilai, dan moral  Pancasila. Ia Mencontohkan karakter empati yang dicerminkan pada sikap kasatmata menyerupai menolong sahabat yang kekurangan atau membutuhkan.

"Guru mendeskripsikan, misal Pancasila tenggang rasa dicerminkan sikap nyata, itu menolong anak yang kekurangan yang membutuhkan, jadi bagaimana anak menolong temannya, apakah belum berkembang, sudah berkembang, sudah terbiasa, dan sudah membudaya," terang Totok.

Lihat juga: Kemendikbud Revisi Mata Pelajaran PPKn

Pendidikan nilai sopan santun Pancasila menjadi wahana strategis bagi pengembangan kesadaran moralitas anak melalui pengalaman berguru dengan hubungan yang lebih luas dan plural.

Penumbuhan pribadi subyek didik dapat pula dilakukan melalui acara ekstrakurikuler, menyerupai pelatihan rohani siswa, acara Pramuka, olah raga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi. Jalur ini memberi wahana interaksi komunikasi sekaligus mengasah diri subyek didik menjadi generasi bangsa yang cerdas, dan berintegritas.
Advertisement