Musim hujan belum berlalu. Dan di demam isu penghujan ibarat ini geledek, petir dan halilintar seringkali muncul tak terduga. Seperti datangnya hujan yang tak terkira. Sebagian orang menyampaikan bahwa hujan ialah petanda turunnya rahmat. Karena air itu sendiri merupakan unsur terpenting dalam kehidupan. Akan tetapi jikalau volume air diluar kemampuan daya tampung maka tak ayal lagi air hujan bermetamorfosis suatu hal yang menghawatirkan.
Kekhawatiran itu tidak hanya karena air hujan, tetapi juga efek yang setelahnya. Masuk angin, tubuh meriang, banjir dan lain sebagainya. Akan tetapi kekhawatiran itu masih bersifat praduga adanya. Berbeda dengan kekhawatiran yang timbul akhir datanya geledek ataupun petir yang diawali dengan secercah cahaya menyilaukan. Biasanya orang-orang lantas berkomat-kamit menyebut dan berdoa. Adapun doa yang sesuai dengan kondisi ini adalah:
اَلًلهُمَ لا تقتلنا بغضبك ولا تهلكنا بعذابك وعافنا قبل ذلك
Allahumma la taqtulna bighadhabika wala tuhlikna bi’adzabika wa ‘afina qabla dzalika.
“Ya Allah, janganlah kamu bunuh diriku dengan kemarahan-Mu, dan janganlah kamu rusak diriku dengan siksa-Mu, dan maafkanlah saya sebelum semua itu.”
Hal ini tidak berarti petir merupakan tanda murka dari Allah swt. Akan tetapi kita selaku insan yang dhaif ini sungguhlah tidak ada apa-apanya dihadapan alam dan Allah Yang Maha Kuasa. Jangan hingga Allah swt menutup usia kita karena kecelakaan yang disebabkan kekuatan alam yang berupa sambaran petir. Karena yang demikian itu sungguh amat sakit dan pedih (nuonline)
Advertisement